Jumat, 18 September 2015

M. Rois Al-Achir, S.Pd.I: DARI YATIM UNTUK YATIM

Ada satu yayasan panti asuhan bernama Roisus Shobur di salah satu sudut desa Ngaban, Tanggulangin, Sidoarjo. Lokasinya sekitar 500 meter dari P.P. Ma’arif NU Ngaban ke arah timur. Panti asuhan yang dominan dengan warna kuning tersebut dibangun pada awal tahun 2003 dan mulai beroperasi pada tahun yang sama, tepatnya pada Rabu, 27 Agustus. Saat ini, sudah ada empat puluh anak yang menghuni Panti Asuhan Roisus Shobur. Penghuni termuda berusia sekitar enam tahun, sedangkan penghuni tertua berusia sekitar dua puluh tahun. Panti asuhan tersebut sudah cukup familiar di kalangan masyarakat desa Ngaban dan sekitarnya. Terbukti, beberapa warga serta kelompok organisasi sosial desa Ngaban dan sekitarnya kerap mengadakan acara bersama anak-anak Panti Asuhan Roisus Shobur untuk sekedar berbagi kasih dan kebahagiaan.


Saat penulis menyambangi panti asuhan tersebut, penulis mendengar riuh suara anak-anak yang sedang belajar tilawatil Quran bersama-sama. Rupanya, selain pendidikan umum di sekolah formal, anak-anak panti asuhan juga dibekali dengan pendidikan agama. Di panti asuhan dengan konsep pondok pesantren sosial tersebut, anak-anak diajarkan untuk mengaji, membaca kitab serta tilawatil Quran layaknya di pesantren pada umumnya. Pemilik panti asuhan juga membekali anak asuhnya dengan pengetahuan komputer dan bahasa. Tak main-main, pemilik panti asuhan mengajarkan dua bahasa sekaligus, Arab dan Inggris. Pemilik panti asuhan mengaku belum bisa memberikan pelatihan keterampilan pada anak asuhnya yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah. Hal ini dilakukan agar fokus belajar anak-anak tersebut tidak kocar-kacir.

Bicara soal prestasi, anak-anak panti asuhan Roisus Shobur tidak kalah dengan anak-anak yang lain. Sudah beberapa kali mereka menjuarai lomba mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat provinsi. Di tingkat kecamatan dan kabupaten, anak-anak panti asuhan Roisus Shobur selalu menjadi juara dalam lomba da’i, tartil, adzan dan tilawah. Perlombaan bergengsi seperti lomba tartil surat-surat pendek bilghoib di SMP Al-Hikmah, Surabaya, juga berhasil dimenangkan. Yang terbaru, pada tahun 2014 lalu, mereka berhasil menyabet posisi runner up dalam lomba bersih lingkungan, Jambore Bela Negara Panti Asuhan se-Jawa Timur.

Siapakah sosok di balik Yayasan Panti Asuhan Roisus Shobur ini? Dialah M. Rois Al-Achir S.Pd.I. Dia seorang pedagang di pasar Ngaban, Tanggulangin. Menyandang status sebagai yatim-piatu sejak masih kecil membuat dirinya sadar betul betapa susah hidup tanpa didampingi figur ayah sebagai sosok pelindung dan figur ibu sebagai sosok penyayang. Rois menceritakan bahwa ketidak-hadiran kedua orang-tuanya kerap membuat dia merasa tidak diperhatikan, dikucilkan dan kesepian. Bahkan, hal tersebut membuatnya harus meninggalkan bangku sekolah. Hal itulah yang kemudian mendorong Rois untuk mendirikan panti asuhan Roisus Shobur.

Perjalananya dalam mendirikan panti asuhan cukup berliku. Tak sedikit orang yang mencaci, menghina dan meragukannya. Pasalnya, sebelum rumahnya diperluas untuk panti asuhan, Rois hanya bisa menyekat ruangan di rumahnya menjadi beberapa bagian agar cukup untuk ditempati keluarga dan anak-anak asuhnya. Kini, setelah bangunan panti hampir setengah jadi, ada saja yang membanding-bandingkan Panti Asuhan Roisus Shobur dengan panti asuhan lain yang lebih megah. Rois menerima hal tersebut dengan lapang dada dan menganggap hinaan tersebut sebagai motivasi. “Silahkan mereka mau berbicara apa, itu hak mereka untuk berbicara. Aku tak akan marah. Lagipula, mereka bisa berbicara seperti itu karena ada Allah yang menghendaki,” terang pria kelahiran Semarang ini dengan riang. Kehabisan uang belanja juga pernah dialami Rois. Saat Rois tidak memiliki cukup uang untuk belanja, Rois tak pernah sekalipun berkeluh kesah di hadapan anak-anak asuhnya. Dia sangat yakin bahwa dalam setiap kesulitan pasti akan ada pertolongan Allah. Lantas, dia cukup mengajak keluarga dan anak asuhnya untuk sholat tahajud, sholat hajad, sholat dhuha serta membaca surah Yasin dan Waqiah.

Rois menjelaskan kalau dia mendapat banyak bantuan dalam mengelola Panti Asuhan Roisus Shobur. Dalam hal pendidikan agama anak-anak panti, Rois dibantu langsung oleh anak kandungnya dan beberapa asatidz yang memang ikhlas mengabdikan diri untuk mengajar di Roisus Shobur. Namun demikian, Rois tetap menghargai bantuan para asatidz yang telah membantunya walaupun hanya sekedar mengganti uang transport. Dalam hal pendanaan panti, selain mengandalkan hasil berjualan sembako di pasar, Rois juga banyak mendapat sumbangan dari keluarga dan warga yang memang ingin menyisihkan sebagian rezekinya sebagai wujud syukur kepada Allah dengan cara menyantuni anak yatim. “Alhamdulillah kalau akhirnya yayasan ini memberi kesempatan pada orang lain untuk beribadah” imbuh Rois.

Selama ini, ada dua hal yang menguatkan Rois dalam mengola Panti Asuhan Roisus Shobur. Hal yang pertama adalah keyakinannya pada Allah. Keyakinannya pada janji dan pertolongan Allah membuatnya sabar dan tegar dalam menghadapi kerikil yang kerap menghadang. Sehingga, dia tak pernah sekalipun menyesali keputusanya untuk mendirikan panti asuhan. Dia yakin bahwa setiap anak sudah mendapatkan jatah rezeki dari Allah. Jadi, tidak ada alasan baginya untuk merasa tidak ikhlas dan terbebani. “Kalau kita cinta Allah dan Rasul tanpa keraguan sedikitpun, pasti, minta apapun di kasih sama Allah. Asal menjauhi maksiat dan jangan suka mengeluh. Suka mengeluh bikin Allah tak mau melihat kita. Jika kita ikhlas, sesungguhnya tidak ada kesulitan yang cukup berarti,” ungkap Rois sambil menahan nanar di matanya. Hal kedua yang menguatkan Rois adalah Istri yang solikhah. Rois mengatakan bahwa istrinya sangat telaten dalam membantunya untuk mengurus anak-anak panti asuhan. Selain orang yang perhatian, istri Rois adalah seorang motivator terbaik bagi Rois dan pendengar setia yang tidak pernah bosan mendengarkan curahan hati Rois.

Ayah dari empat puluh orang anak asuh dan tiga orang anak kandung ini adalah sosok yang sangat peduli dengan pendidikan. Hal ini tercermin dari perjalanan hidupnya. Setelah sempat merasakan manisnya bangku sekolah selama dua tahun, Rois pada akhirnya harus berhenti sekolah selama belasan tahun. Namun, api semangatnya tak padam begitu saja. Tekatnya yang kuat untuk melanjutkan pendidikan sangat besar melampaui keterbatasan dirinya. Akhirnya, saat sudah berusia 23 tahun, Rois kembali melanjutkan pendidikan yang sempat dia tinggalkan. Walaupun tanpa melewati jenjang Madrasah Ibtidaiyah, dengan percaya diri Rois langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang Madrasah Tsanawiyah dan berhasil menyelesaikan studinya di usia yang ke-25 tahun. Kemudian, dia melanjutkan pendidikan di tingkat SMEA dan menyelesaikan jenjang tersebut saat berusia 28 tahun. Bapak berusia 53 tahun ini rupanya barusaja menyelesaikan studi S1 jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di STAI Sunan Unsuri, Bojonegoro. Kepedulian Rois pada pendidikan juga terlihat dari semangatnya untuk menunjang pendidikan anak kandung dan anak asuhnya. Hingga saat ini, dia telah berhasil menyekolahkan semua anak kandung dan tujuh anak asuhnya sampai ke jenjang perguruan tinggi walaupun beberapa hanya sampai jenjang d1 dan d2. Menurutnya, sayang sekali jika anak muda yang masih produktif tidak bisa sekolah, padahal anak-anak ini merupakan aset bangsa yang sangat berharga.

Rois mengaku mendapatkan banyak hikmah dan pelajaran setelah mendirikan panti asuhan tersebut. Kalau dulu ia bekerja hanya untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, kini dia bekerja sembari mencari ridho Allah. Mengolah panti asuhan kurang lebih selama dua belas tahun juga telah membuatnya menjadi pribadi yang lebih banyak bersyukur di saat suka maupun duka. Di mata manusia, boleh jadi Rois hanyalah orang biasa, tetapi di mata Allah, dia mungkin orang luar biasa yang kaya hati. Dia masih sempat menyisihkan penghasilanya untuk memenuhi kebutuhan orang lain saat kebutuhan keluarganya sendiri juga menuntut untuk dipenuhi. Dia juga ikhlas berinvestasi untuk bangsa walaupun tanpa imbalan. Semua dikerjakan hanya untuk mengharap Ridho Allah Semata. Sesuai dengan arti dari Roisus Shobur, pemimpin yang sabar, Rois ingin anak-anak asuhnya kelak menjadi pemimpin yang sabar dalam menjalankan amanah, minimal pemimpin untuk dirinya sendiri. [choluck ©]

Note:
Tulisan di atas adalah karya tulis yang digunakan untuk mengikuti lomba menulis di tingkat
kabupaten Sidoarjo dan provinsi Jawa Timur. Alhamdulillah, berkat rahmat Allah S.W.T,
tulisan di atas menduduki posisi terbaik pertama dua kali berturut-turut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .