Menurut Websters’s Third New
International Dictionary, public speaking adalah The act of process of making speeches in public–proses pembicaraan di depan publik. Juga di artikan sebagai The art of science of effective oral communication with an
audience–Seni ilmu pengetahuan mengenai
komunikasi lisan yang efektif dengan para pendengarnya.
Menurut David Zarefsky dalam public speaking: strategic
for success, public speaking adalah continuous communication
process in which message and signals circulate back and forth between speaker
and listeners–proses komunikasi yang berkelanjutan dimana pesan dan lambang bersirkulasi ulang
secara terus menerus antara pembicara dan para pendengarnya.
Menurut Y.S. Gunadi dalam Himpunan
Istilah Komunikasi, Public Speaking adalah komunikasi yang dilakukan
secara lisan tentang sesuatu hal atau topik dihadapan banyak orang dengan
tujuan mempengaruhi, mengajak, mendidik, mengubah opini, memberikan penjelasan
dan memberikan informasi kepada masyarakat di tempat tertentu.
Dalam Bahasa Indonesia
yang baku, Public speaking disebut
retorika. Public speaking merupakan seni berbicara di depan umum,
massa ataupun publik tentang suatu hal atau topik tertentu secara lisan,
dengan tujuan mempengaruhi, mengajak, mendidik, mengubah opini, memberikan
penjelasan dan memberikan informasi. Public speaking dikatakan sebagai seni karena selain menyangkut hal teknis seperti materi,
berkaitan dengan bagaimana membicarakannya bukan apa yang dibicarakan. Sementara itu, Public
speaker atau orator yang handal dituntut untuk memiliki ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi tinggi, pengetahuan yang luas serta pengungkapan ide yang tepat
dan cermat.
Banyak pembicara menganggap audience akan memusatkan perhatian pada apa yang diucapkan. Pembicara bahkan merasa bahwa audience harus mendengarnya. Audience
bisa saja bertahan dalam ruangan karena alasan sopan santun dan tuntutan etika, tapi bukan berarti mereka akan sepenuhnya
bersungguh-sungguh untuk mendengarkan. Sebenarnya dalam public
speaking bukan apa yang dikatakan, tapi apa yang audience. Biasanya seorang pembicara terlalu percaya diri dengan respon yang diberikan audience. Padahal, respon yang sesungguhnya akan diberikan kalau mereka paham dengan hal yang
kita ucapkan dan terkesan dengan apa yang kita ucapkan. Kalau ingin jadi pembicara
yang baik, jadilah pendengar yang baik. Tepuk tangan atau tawa audience bukanlah ukuran respon. Jadi, jangan terlalu PD dengan
respon yang diberikan audience. Kita
harus pastikan audience bertepuk
tangan karena ucapan kita sampai pada mereka, sehingga tidak terkesan bersikap menggurui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .