Selasa, 15 Desember 2015

Hujan: Satu Bahasa Alam

Mataku berkilat kala mendengar gemuruh guntur. Langit memang kelabu, tapi hatiku secerah biru. Bahagia segera melesak lalu membuncah dalam dada. Entah mengapa hati ini selalu bahagia kala hujan tiba. Ibarat sepasang kekasih yang hendak bersua.

Hujan, bahasa alam yang indah. Hujan, satu yang menyejukan dan menghangatan jiwa. Kala hujan tiba, anganku melambung jauh lalu terbang tinggi. Imajinasi rupanya menempatkan diri ini duduk di sudut meja, menghadap tepian jendela, menikmat titik-titik hujan yang hinggap di jernihnya kaca. Rinai hujan yang bergantian menapaki bumi selalu menciptakan melodi syahdu nan merdu. Nyanyian khas hujan yang mengiringi lelap dalam malam. Ditemani secangkir hot chocolate, dalam pelukan nuansa klasik, hati ini membiarkan rinai hujan mengguyur peluh di relung hati dan menghapus kegundahan yang sarat akan beban.

Jejak hujan semalam masih jelas terasa. Tanah, ilalang dan rumput yang tersapu hujan, melepaskan aroma kedamaian. Wanginya merebak, menyeruak ruang alam, menguap bersama embun pagi. Pagi setelah hujan menjadi pagi yang membahagiakan. Pagi yang membawa semangat baru untuk menyongsong hari yang baru. [choluck ©]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .