Mataku berkilat kala mendengar gemuruh guntur. Langit
memang kelabu, tapi hatiku secerah biru. Bahagia segera melesak lalu membuncah
dalam dada. Entah mengapa hati ini selalu bahagia kala hujan tiba. Ibarat sepasang
kekasih yang hendak bersua.
Hujan, bahasa alam yang indah. Hujan, satu yang
menyejukan dan menghangatan jiwa. Kala hujan tiba, anganku melambung jauh lalu
terbang tinggi. Imajinasi rupanya menempatkan diri ini duduk di sudut meja,
menghadap tepian jendela, menikmat titik-titik hujan yang hinggap di jernihnya
kaca. Rinai hujan yang bergantian menapaki bumi selalu menciptakan melodi
syahdu nan merdu. Nyanyian khas hujan yang mengiringi lelap dalam malam. Ditemani
secangkir hot chocolate, dalam
pelukan nuansa klasik, hati ini membiarkan rinai hujan mengguyur peluh di relung
hati dan menghapus kegundahan yang sarat akan beban.
Jejak hujan semalam masih jelas terasa. Tanah, ilalang dan rumput yang tersapu hujan, melepaskan aroma kedamaian. Wanginya merebak, menyeruak ruang alam, menguap bersama embun pagi. Pagi setelah hujan menjadi pagi yang membahagiakan. Pagi yang membawa semangat baru untuk menyongsong hari yang baru. [choluck ©]
Jejak hujan semalam masih jelas terasa. Tanah, ilalang dan rumput yang tersapu hujan, melepaskan aroma kedamaian. Wanginya merebak, menyeruak ruang alam, menguap bersama embun pagi. Pagi setelah hujan menjadi pagi yang membahagiakan. Pagi yang membawa semangat baru untuk menyongsong hari yang baru. [choluck ©]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .