Kamis, 03 Desember 2015

SORE INDAH DI BENAKKU

Sore itu, mata saya masih asyik memandangi layar laptop. Dengan lincahnya, jari-jariku menari diatas tuts-tuts keyboard, tapi gerakannya sudah mulai tak beraturan. Beberapa kali jari ini menginjak tuts yang salah. Tengkuk dan pundak ini mulai terasa berat. Kuputar sedikit kepala ini untuk meregangkan otot-ototnya sampai akhirnya mata ini terpesona menatap Jarum jam di kantor. Dengan sombongnya jarum tersebut menunjuk angka lima dan enam yang kupahami sebagai “pukul setengah lima”. Kualihkan pandanganku kebalik jendela. Dari balik jendela, kulihat cahaya matahari mulai redup dimakan langit senja dan sebentar lagi pasti memerah, semakin merah, hingga akhirnya lenyap terganti oleh hitamnya malam. Tak ada gunanya lagi saya meneruskan pekerjaan ini. Otakku sudah mulai kering. Badanku sudah mulai lelah. Mereka rupanya menagih jatah untuk istirahat. Semakin dipaksa untuk kompromi dalam mengerjakan tugas-tugas yang belum selesai, rasanya mereka selalu memberontak. Ada-ada saja kesalahan yang diperbuat. Hasrat untuk pulang pun tak terbendung lagi. Akhirnya, kubereskan semua yang masih terserak di atas meja.

Dengan setengah gontai saya berjalan meninggalkan kantor dan melajukan si kopi-putih. Saat melewati jalanan di kampung, kulihat sekumpulan anak kecil yang bergembira selepas mengaji di TPQ. Beberapa anak laki-laki berpeci tampak asyik dengan sepeda, yang perempuan asyik ngobrol dengan sebayanya. Kemudian mereka berlari-larian sambil berteriak-teriak kegirangan. Ahh, kapan terakhir kali saya seperti mereka? Mungkin Sekitar lima atau tujuh belas tahun yang lalu.

Dulu, saat jam dinding menunjukkan pukul setengah tiga, secara otomatis saya akan meraih sapu untuk membantu ibu menyapu rumah. Rajin sekali. Sekarang, sepertinya saya sudah lama tidak menyapa gagang sapu. Setelah menyapu, saya langsung mandi dan shalat ashar. Setelahnya, saya memilih-milih baju dan kerudung yang akan dipakai. Kerudung hijau bernama kerudung casandra adalah kerudung favorit saya. Masih ada dan masih tersimpan rapi sampai saat ini. Setelah berpakaian rapi, saya berputar-butar kecil di depan kaca dan ups ada yang ketinggalan. Apa? Memakai bedak bayi yang wanginya selalu jadi favorit saya. Sayapun siap berangkat mengaji. Kalau sedang beruntung, saya akan bertemu dengan anak lain dan akhirnya pergi mengaji bersama-sama, seperti rombongan demo anak-anak.

Selepas mengaji biasanya saya berkumpul dan bermain. Terkadang bermain gobak sodor, bola sepak, bentengan dan lompat tali. Karena yang dipakai hanya karet, mungkin sebutanya bukan lompat tali, tapi lompat karet. Kalau sedang malas lari-larian, paling hanya ngobrol santai sambil main bola bekel atau bermain peran menirukan film yang sedang booming.

Saya jadi senyum-senyum sendiri mengingat potongan kenangan dimasa lalu. Hanya kenangan sederhana tapi cukup indah untuk dilupakan begitu saja. Kenangan yang tidak akan pernah saya sampai padanya lagi. Sore di benakku adalah sore-sore yang indah. sore saat pergi mengaji bersama teman-teman sekampung.

Saya tersenyum menertawakan diri sendiri. Dulu, sore-sore begini saya pasti sudah mandi, sekarang, mandi di sore hari adalah hal yang sangat langka. Duh Tuhan, saya dipermainkan uang. Saya mencari Rizki-Mu hingga saya tunda-tunda waktu untuk bersua dengan mu. Bibir ini tersenyum, tapi entah apa yang dirasa hati ini. [choluck ©]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .