Aku
sedang membaca sebuah koran. Dalam koran tersebut, sekilas aku melihat foto
dia, seseorang yang aku nanti selama kurang lebih sembilan tahun. Sepertinya,
koran itu memuat berita tentang dia. Aku sangat ingin melihat dia di hadapanku.
Aku sangat ingin mengetahui apa yang terjadi padanya selama ini, walaupun hanya
sedikit. Kuharap rasa penasaranku terpuaskan setelah membaca berita tentang
dia. Setidaknya aku tahu bagaimana kabarnya dan apa yang terjadi padanya
sekarang. Oh, bahkan baru melihat fotonya saja dadaku mungkin akan langsung terasa
penuh. Rindu yang menggunung dan kekosongan jiwa ini pasti akan terasa langsung
penuh. Tak apalah melihat wajahnya lagi meskipun hanya dari foto. Ah, belum
sempat melihat foto itu, seseorang tiba – tiba
merebut koran itu dari hadapanku. Perasaan kesal menyergap di dada. Usil benar orang ini. Siapa yang melakukan hal tidak sopan ini.
merebut koran itu dari hadapanku. Perasaan kesal menyergap di dada. Usil benar orang ini. Siapa yang melakukan hal tidak sopan ini.
Sepasang
mata ini langsung berkerling mencari sosok usil itu. Subhanallah, Dia. Dia yang
selalu aku rindu, dia yang fotonya baru saja ingin aku lihat, kini berdiri
tegak dihadapanku, memakai kemeja satin berwarna merah marun, membawa gulungan
koran yang baru saja direbut dariku. Dia tersenyum lebar memamerkan deretan
gigi putihnya yang rapih. Ya Allah, aneh rasanya melihat senyumnya yang menawan
dan selebar itu. Selama aku mengenal dia, belum pernah aku melihat senyumnya
yang selebar itu. Ya Allah, aku tahu ini mimpi, tapi aku bahagia karena Engkau
pertemukan aku dengan dia.
Aku
seharusnya menunjukkan ekspresi bahagia karena sudah bertemu dengannya, tapi
aku malu kalau dia sampai tahu bahwa aku selalu memikirkan dan mencari tahu
tentang dia. Dia menolak mengembalikan rampasanya padaku. Aku maju selangkah.
Diapun mundur selangkah. Aku berlari mengejarnya, dia pun berlari menjauh.
Sial! Cepat sekali larinya. Oh, aku sudah hampir lelah, tapi aku masih terus
berlari. Ah, dapat! Aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan.
Kini,
ia bergerak mendekatiku. Tunggu! Tapi kenapa aku tak menghiraukan dia? Kenapa
aku berpura – pura tidak menyadari kehadirannya? Kenapa aku mengacuhkan dia? Dan
sekarang aku bangkit dan pergi menjauh dari dia. Kenapa aku terus berjalan
pergi darinya? Oh, oh, aku tidak boleh melakukan kesalahan. Hei Aku! Kenapa
menghindari dia? Bukankah dia-lah orang yang sangat ingin aku temui? Lihat
betapa sombongnya aku! Aku tidak mendengarkan aku. Lihatlah! Dia yang berkemeja
merah marun terus saja mengikuti di belakangku, masih dengan raut wajah yang
bahagia dan masih dengan senyumnya yang lebar.
Kini, aku telah sampai di
rumah. Kubuka pintunya
dan….
Dia yang berkemeja merah
marun, masih dengan raut wajah yang bahagia dan masih dengan senyumnya yang
lebar, berdiri di hadapanku. Dan aku berdiri mematung di depannya. Manis
sekali. Semanis kemeja merah marunnya.
Epilog:
Aku sedang berusaha
memejamkan mata yang saat itu terasa sakit jika dipaksakan untuk menutup. Oh
mata, tolonglah, segeralah menutup sehingga aku terlelap. Badanku sudah sangat
payah sekali dan minta untuk direbahkan. Kumohon, mengalahlah! Ya Allah, kenapa
mata ini susah sekali untuk terpejam. Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Bismikallaahummaa akhyaana wabismika amuut. Oh Allah, oh Allah, oh Allah, sudilah kau berikan aku mimpi yang
indah malam ini. Malam ini aku sungguh sangat ingin bermimpi indah. Oh Mata,
ayolah, terpejamlah! Hati, ayo kita lantunkan seperti basa saja!
Bismillaahirrahmaanirrahiim
1. Qul huwallaahu ahad
2. Allahussomad
3. Lam yalid walam
yuulad, walam yaqullahuu kufuwan ahad.
Hati, mungkin satu kali
lagi!
Satu kali lagi!
Lagi!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Oh hati? kau sudah ingin
aku bangun rupanya. Baiklah! Alhamdulillaa
hilladzi athamanaa watsaqoonaa waj’alanaa minal muslimiin. Oh hati,
tunggulah sebentar! Akan kubangunkan mata ini. Mata, Allah masih memberikan
satu kesempatan lagi padamu untuk terbuka sehingga aku dapat melihat dunia
melaluimu. Ayolah kita segerakan sholat subuh sebagai rasa syukur atas nikmat
dan karunia-Nya ini. Alhamdulillah. Terimakasih
Ya Allah atas mimpi semalam. Sungguh mimpi semalam adalah mimpi yang indah.
Akankah menjadi kenyataan? Semoga saja. (choluck©)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .