Minggu, 01 Maret 2015

SENYUM MERAH MARUN

Aku sedang membaca sebuah koran. Dalam koran tersebut, sekilas aku melihat foto dia, seseorang yang aku nanti selama kurang lebih sembilan tahun. Sepertinya, koran itu memuat berita tentang dia. Aku sangat ingin melihat dia di hadapanku. Aku sangat ingin mengetahui apa yang terjadi padanya selama ini, walaupun hanya sedikit. Kuharap rasa penasaranku terpuaskan setelah membaca berita tentang dia. Setidaknya aku tahu bagaimana kabarnya dan apa yang terjadi padanya sekarang. Oh, bahkan baru melihat fotonya saja dadaku mungkin akan langsung terasa penuh. Rindu yang menggunung dan kekosongan jiwa ini pasti akan terasa langsung penuh. Tak apalah melihat wajahnya lagi meskipun hanya dari foto. Ah, belum sempat melihat foto itu, seseorang tiba – tiba
merebut koran itu dari hadapanku. Perasaan kesal menyergap di dada. Usil benar orang ini. Siapa yang melakukan hal tidak sopan ini.

Sepasang mata ini langsung berkerling mencari sosok usil itu. Subhanallah, Dia. Dia yang selalu aku rindu, dia yang fotonya baru saja ingin aku lihat, kini berdiri tegak dihadapanku, memakai kemeja satin berwarna merah marun, membawa gulungan koran yang baru saja direbut dariku. Dia tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya yang rapih. Ya Allah, aneh rasanya melihat senyumnya yang menawan dan selebar itu. Selama aku mengenal dia, belum pernah aku melihat senyumnya yang selebar itu. Ya Allah, aku tahu ini mimpi, tapi aku bahagia karena Engkau pertemukan aku dengan dia.

Aku seharusnya menunjukkan ekspresi bahagia karena sudah bertemu dengannya, tapi aku malu kalau dia sampai tahu bahwa aku selalu memikirkan dan mencari tahu tentang dia. Dia menolak mengembalikan rampasanya padaku. Aku maju selangkah. Diapun mundur selangkah. Aku berlari mengejarnya, dia pun berlari menjauh. Sial! Cepat sekali larinya. Oh, aku sudah hampir lelah, tapi aku masih terus berlari. Ah, dapat! Aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan.

Kini, ia bergerak mendekatiku. Tunggu! Tapi kenapa aku tak menghiraukan dia? Kenapa aku berpura – pura tidak menyadari kehadirannya? Kenapa aku mengacuhkan dia? Dan sekarang aku bangkit dan pergi menjauh dari dia. Kenapa aku terus berjalan pergi darinya? Oh, oh, aku tidak boleh melakukan kesalahan. Hei Aku! Kenapa menghindari dia? Bukankah dia-lah orang yang sangat ingin aku temui? Lihat betapa sombongnya aku! Aku tidak mendengarkan aku. Lihatlah! Dia yang berkemeja merah marun terus saja mengikuti di belakangku, masih dengan raut wajah yang bahagia dan masih dengan senyumnya yang lebar.

Kini, aku telah sampai di rumah. Kubuka pintunya
dan….
Dia yang berkemeja merah marun, masih dengan raut wajah yang bahagia dan masih dengan senyumnya yang lebar, berdiri di hadapanku. Dan aku berdiri mematung di depannya. Manis sekali. Semanis kemeja merah marunnya.

Epilog:
Aku sedang berusaha memejamkan mata yang saat itu terasa sakit jika dipaksakan untuk menutup. Oh mata, tolonglah, segeralah menutup sehingga aku terlelap. Badanku sudah sangat payah sekali dan minta untuk direbahkan. Kumohon, mengalahlah! Ya Allah, kenapa mata ini susah sekali untuk terpejam. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Bismikallaahummaa akhyaana wabismika amuut. Oh Allah, oh Allah, oh Allah, sudilah kau berikan aku mimpi yang indah malam ini. Malam ini aku sungguh sangat ingin bermimpi indah. Oh Mata, ayolah, terpejamlah! Hati, ayo kita lantunkan seperti basa saja!
Bismillaahirrahmaanirrahiim
1.    Qul huwallaahu ahad
2.    Allahussomad
3.    Lam yalid walam yuulad, walam yaqullahuu kufuwan ahad.
Hati, mungkin satu kali lagi!
Satu kali lagi!
Lagi!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Oh hati? kau sudah ingin aku bangun rupanya. Baiklah! Alhamdulillaa hilladzi athamanaa watsaqoonaa waj’alanaa minal muslimiin. Oh hati, tunggulah sebentar! Akan kubangunkan mata ini. Mata, Allah masih memberikan satu kesempatan lagi padamu untuk terbuka sehingga aku dapat melihat dunia melaluimu. Ayolah kita segerakan sholat subuh sebagai rasa syukur atas nikmat dan karunia-Nya ini. Alhamdulillah. Terimakasih Ya Allah atas mimpi semalam. Sungguh mimpi semalam adalah mimpi yang indah. Akankah menjadi kenyataan? Semoga saja. (choluck©)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .