Seberapa sering Anda mendengar bahwa hikmah selalu
ada dibalik setiap kegagalan? Apakah benar selalu ada hikmah dalam kegagalan?
Yakinkah Anda pada hal tersebut? Nasihat tersebut sudah santer terdengar di
telinga bahkan Anda pasti sudah
hafal diluar kepala. Nyatanya tidak semua orang bisa meyakini kebenaran nasihat
tersebut. Midah, wanita berumur seperempat abad yang sudah puas bertemu
kegagalan, awalnya juga menganggap nasihat tersebut hanya omong kosong belaka. Midah
kerap menganggap kegagalan sebagai tombol on-off
yang siap men-shut down hidupnya.
Kini, kegagalan nampak sebagai pemanis dalam kehidupannya.
Siapa
sih yang tidak bahagia kalau bisa masuk di sekolah yang telah lama di-idam-idamkan,
apalagi sekolah tersebut adalah sekolah favorit? Sama seperti anak normal lain, Midah juga
menginginkan hal yang sama, namun apa mau dikata kalau Allah menjodohkanya untuk bersekolah di SMP Negeri
pingggiran. SMP yang kurang eksis, jarang dilirik orang bahkan jauh dari kata
favorit. Hanya segelintir siswa bertempat tinggal dekat sekolah saja yang
menganggap sekolah tersebut sekolah favorit.
Gerbang
sekolah yang dipenuhi karat, warna catnya sudah pudar,
bangunan berwarna krem dan coklat yang tidak bisa dibilang moderen serta taman yang gersang menambah
kedongkolan Midah. Mau tidak mau, dia harus bertahan selama tiga tahun berikutnya. Beberapa bulan
pertama dia masih belum bisa move-on
dari sekolah impianya. Sesekali dia masih sering membanding-bandingkan fasilitas
di sekolah impianya dengan sekolah barunya. Meskipun begitu, dia tetap tekun
mengikuti semua kegiatan sekolah dengan ikhlas, fokus dan tegar.
Satu
semester telah berlalu, beberapa anak berduit mulai pindah ke sederet sekolah
favorit di kota. Terbesit keinginan untuk mengikuti tren pindah ke sekolah
favorit, tapi keikhlasan Midah yang akhirnya menang. Keikhlasan dan Kesabaranya
menjadikan semangat dan fokus Midah bertambah hingga akhirnya dia selalu menjadi juara kelas bahkan sempat
mendapatkan beasiswa. Ternyata, bersekolah di sekolah pinggiran mengantarkan
Midah pada prestasi cemerlang yang cukup membanggakan orang tuanya.
Gagal masuk sekolah favorit lagi-lagi harus dialami Midah saat harus melanjutkan ke
jenjang SMA. Harapan Midah untuk bersekolah di kota
pupus oleh nilai yang kurang mendukung. Lagi-lagi, Midah harus bersekolah di sekolah pinggiran. Midah
tak lagi khawatir, malah dia tak
sabar menanti kejutan yang akan di dapatkan.
Usut punya usut ternyata disanalah Midah
menemukan cinta pertamanya. Walaupun bukan si-cinta pertama yang kini
bersamanya, namun dia tak menyesal pernah bertemu denganya. Kalaupun dia
memiliki kesempatan lagi untuk memilih, dia tetap akan memilih sekolah tersebut
dan berharap dapat mengulang episode yang sama. (Part 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .