Jumat, 07 Oktober 2016

GAGAL PART 1: SEKOLAHKU SAYANG SEKOLAH YANG MELAYANG

Seberapa sering Anda mendengar bahwa hikmah selalu ada dibalik setiap kegagalan? Apakah benar selalu ada hikmah dalam kegagalan? Yakinkah Anda pada hal tersebut? Nasihat tersebut sudah santer terdengar di telinga bahkan Anda pasti sudah hafal diluar kepala. Nyatanya tidak semua orang bisa meyakini kebenaran nasihat tersebut. Midah, wanita berumur seperempat abad yang sudah puas bertemu kegagalan, awalnya juga menganggap nasihat tersebut hanya omong kosong belaka. Midah kerap menganggap kegagalan sebagai tombol on-off yang siap men-shut down hidupnya. Kini, kegagalan nampak sebagai pemanis dalam kehidupannya.

Siapa sih yang tidak bahagia kalau bisa masuk di sekolah yang telah lama di-idam-idamkan, apalagi sekolah tersebut adalah sekolah favorit? Sama seperti anak normal lain, Midah juga menginginkan hal yang sama, namun apa mau dikata kalau Allah menjodohkanya untuk bersekolah di SMP Negeri pingggiran. SMP yang kurang eksis, jarang dilirik orang bahkan jauh dari kata favorit. Hanya segelintir siswa bertempat tinggal dekat sekolah saja yang menganggap sekolah tersebut sekolah favorit.
Gerbang sekolah yang dipenuhi karat, warna catnya sudah pudar, bangunan berwarna krem dan coklat yang tidak bisa dibilang moderen serta taman yang gersang menambah kedongkolan Midah. Mau tidak mau, dia harus bertahan selama tiga tahun berikutnya. Beberapa bulan pertama dia masih belum bisa move-on dari sekolah impianya. Sesekali dia masih sering membanding-bandingkan fasilitas di sekolah impianya dengan sekolah barunya. Meskipun begitu, dia tetap tekun mengikuti semua kegiatan sekolah dengan ikhlas, fokus dan tegar.
Satu semester telah berlalu, beberapa anak berduit mulai pindah ke sederet sekolah favorit di kota. Terbesit keinginan untuk mengikuti tren pindah ke sekolah favorit, tapi keikhlasan Midah yang akhirnya menang. Keikhlasan dan Kesabaranya menjadikan semangat dan fokus Midah bertambah hingga akhirnya dia selalu menjadi juara kelas bahkan sempat mendapatkan beasiswa. Ternyata, bersekolah di sekolah pinggiran mengantarkan Midah pada prestasi cemerlang yang cukup membanggakan orang tuanya.
Gagal masuk sekolah favorit lagi-lagi harus dialami Midah saat harus melanjutkan ke jenjang SMA. Harapan Midah untuk bersekolah di kota pupus oleh nilai yang kurang mendukung. Lagi-lagi, Midah harus bersekolah di sekolah pinggiran. Midah tak lagi khawatir, malah dia tak sabar menanti kejutan yang akan di dapatkan. Usut punya usut ternyata disanalah Midah menemukan cinta pertamanya. Walaupun bukan si-cinta pertama yang kini bersamanya, namun dia tak menyesal pernah bertemu denganya. Kalaupun dia memiliki kesempatan lagi untuk memilih, dia tetap akan memilih sekolah tersebut dan berharap dapat mengulang episode yang sama. (Part 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .