Senin, 03 Oktober 2016

The Power of Angen-Angen

Pernahkah kamu bermimpi? Siapa di dunia ini orang yang tidak pernah bermimpi? Saya yakin semua orang pasti pernah mimpi. Saya pernah mengalami beberapa kejadian sangat remeh hingga serius yang hanya berawal dari angan-angan. Berdasarkan pengalaman tersebut, mimpi atau angan-angan apabila diyakini pasti bisa terwujud. So, jangan pernah meremehkan mimpi dan angan-angan kita. Itulah yang ingin saya bagi dalam tulisan kali ini.


Makanan Enak
Kadang, dalam perjalanan pulang, saya suka membayangkan makanan. Heranya, saya akhirnya bisa memakan apa yang baru saja saya hayalkan. Ada saja jalanya. Entah ibu saya yang kebetulan memang sedang memasak makanan tersebut, entah ada orang yang tiba-tiba mengirim makanan tersebut.

Baju Batik
Suatu hari menjelang lebaran, saya mendadak kepikiran baju baru. Biasanya, kalau tidak membeli, saya akan menjahitkan baju. Saya pun iseng-iseng menggambar sebuah baju yang menyerupai jaket. Baju tanpa kancing, tapi menggunakan resleting. Di lain hari, sepulang dari Mojokerto, saya mampir ke sebuah toko baju batik. Setelah berkeliling, mata saya tertuju pada baju batik hijau. Alangkah terkejutnya saya saat mendapati baju yang mirip sekali dengan apa yang pernah saya bayangkan. Langsung saja saya bayar baju tersebut.

Naik Pesawat
Waktu itu saya sedang menempuh semester akhir S1 saya. Disela-sela jam kuliah yang tidak terlalu padat, saya memutuskan untuk mengajar part time. Kala itu, saya memberikan tambahan kelas bahasa inggris untuk anak-anak SD di Waru-Sidoarjo. Setiap kali pulang, saya melewati daerah Sedati, Juanda. Karena berdekatan dengan Bandara Juanda, maka tak jarang saya melihat pesawat yang lalu-lalang, entah take-off atau landing. Sambil tetap melajukan scooter matic berwarna kopi susu , sesekali saya mendongak, menghela nafas berat sambil membatin “Hhhmmmh, suatu saat saya pasti bisa naik pesawat.” Eh, tak disangka-sangka pada tahun berikutnya, keluarga berencana untuk mengunjungi salah satu kerabat yang ada di Jawa Barat. Jadilah saya keturutan naik pesawat. 

Naik Kereta Api
Setelah naik pesawat, saya pun ingin mencicipi rasanya naik kereta. Walaupun tempat tinggal saya berjarak beberapa meter dari rel kereta api, tetapi saya belum pernah sedikitpun mencicipi bagaimana rasanya naik kereta api. Beberapa kali saya menggosip dengan ibu dan adik-adik saya tentang rencana naik kereta perjalanan pulang pergi. Sayang, rencana tersebut hanya obrolan lalu saja tanpa ada follow up lebih lanjut. Tak disangka-sangka, saat harus mengikuti workshop di Malang, salah satu teman yang bertugas untuk mengatur akomodasi, memutuskan pulang naik kereta. Wah, rasanya senang bukan kepalang. Berbagai macam gaya selfie dalam kereta pun saya coba. Bahkan tiket kereta pun saya foto. :D

Kerja di balik Komputer
Menceritakan bagian ini membuat saya teringat akan masa kecil lagi. Setiap pulang sekolah, sebelum tidur siang saya senang sekali bermain ‘kantor-kantoran’. Walaupun sendiri, hal tersebut tidak mengurangi keseruan bermain saya. Setelah lengkap peralatan main yang saya butuhkan, beberapa tumpukan agenda buku tebal, alat tulis yang berwarna-warni dan beberapa kardus yang disusun sedemikian rupa hingga menyerupai sebuah komputer, sayapun memilih spot favorit saya, pojokan ruang tamu. Dengan serius saya menggerak jari-jari saya seolah sedang bekerja dengan komputer betulan. Sesekali saya mendekatkan kotak pensil ke telinga dan berkata “halo-halo, ya ya ya, baik, baik, oke”  Sekarang, apa yang saya bayangkan terjadi. Saya memang tidak menjadi karyawan atau manajer di kantor, tapi saya menjadi seorang guru di International school. Di sini, selain berkutat dengan tumpukan buku yang menanti untuk dikoreksi, saya juga harus rutin mengumpulkan berkas administrasi setiap minggu dan bulan. Artinya, saya harus bekerja dengan laptop saya. Agak merepet dikit sih ya, tapi sama saja seperti apa  yang pernah saya impikan. Saya memang belum jadi manager sekarang, tapi saya akan jadi C.E.O di perusahaan saya sendiri, segera.

Jadi lulusan Bahasa
Saat duduk di bangku kelas 3 SMP, saya sudah memiliki plan untuk bersekolah di SMAN 3 Sidoarjo dan mengambil jurusan Bahasa. Setelah itu, saya akan mengambil kuliah jurusan Bahasa Indonesia dan saya akan bekerja dengan dunia tulis-menulis di Jawa Pos, Media cetak ternama di Jawa Timur. Karena satu dan lain hal, akhirnya saya bersekolah di SMAN 1 Porong dan melanjutkan kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Walaupun rencana saya melenceng, tapi Tuhan punya seribu rencana lain untuk mempertukan saya dengan cita-cita saya. Walaupun saya bukan lulusan bahasa indonesia, tapi saya seorang lulusan Bahasa Inggris. Tuhan memang baik. Dia selalu tahu apa yang terbaik untuk kita bahkan Dia memberikan lebih dari apa yang kita minta. Saya merasa mempunyai banyak kesempatan besar dengan menjadi lulusan sarjana Bahasa Inggris.

Intinya percaya pada impian kita, dan percaya, bahwa kegagalan adalah cara Tuhan membelokan kita pada jalan pintas agar kita lebih cepat sampai pada impian kita bahakan lebih dari apa yang telah kita impikan. Nah, kalau sekarang saya pengen nikah dan jalan-jalan keluar negeri, agaknya, saya berangan-angan punya suami sekelas Sami Yusuf aja kali yah? Biar dapetnya nggak jauh-jauh dari yang dibayangkan. ( Iya toh? Salam, Mbak Kopi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .