Awalnya, tidak
ada niatan untuk membuka rekening BRIS. Tetapi, karena sistem pembayaran gaji
ditempat saya menggunakan rekening BRIS, maka dengan terpaksa saya membuka
rekening BRIS. Beberapa kali saya search
info mengenai BANK BRI Syariah, Saya menemukan banyak review tentang pengalaman
buruk para blogger dalam menggunakan
produk BRIS. Saya sempat meragukan BRIS, tapi berbagai macam kemudahan yang
tertulis di website resmi BRIS meneguhkan hati saya.
Beberapa bulan
menggunakan BRIS, saya tidak menemukan masalah apapun. Tarik tunai dan transfer
ke BANK yang berbeda juga lancar. Namun, akhirnya pada hari Minggu tanggal 4
september 2016 lalu, saya melakukan transfer menggunakan ATM BRIS di Sidoarjo
melalui jaringan ATM Bersama dan mengalami kegagalan transfer. Waw! Apa yang
selama ini saya takutkan akhirnya terjadi.
Hari itu, saya
ingin mentransfer uang pada ibu dan memindahkan uang saya seperti biasa. Kedua
transaksi tersebut bertujuan ke rekening BRI Konvensional. Transaksi hari itu
berbeda dari sebelumnya. Saya harus menunggu kurang lebih 5 menit untuk satu
kali transaksi. Setelah itu, resi transfer tidak kunjung tercetak, malah saya
dikejutkan dengan warning bertuliskan “transaksi gagal karena koneksi terputus”.
Alangkah terkejutnya saya ketika mendapati saldo berkurang sedangkan uang juga tidak
masuk di rekening BRI konvensional saya maupun ibu saya. Pertanyaan besar
menyelimuti otak saya. Kemanakah larinya uang saya?
Langsung saja saya
dial nomor call-centre yang tertulis besar-besar di pintu ruang ATM, 1500-789.
Operator telepon diseberang menyarankan saya untuk menunggu seminggu lagi dan meyakinkan
saya bahwa uang saya tidak akan hilang. Apabila transfer berhasil, uang pasti
akan diterima oleh rekening tujuan, sedangkan bila transaksi gagal, uang pasti
akan kembali ke rekening asal. Saya mencoba untuk tetap tenang dan berpositif
thingking sampai seminggu berikutnya.
Seminggu
kemudian, ketika saya mengecek saldo di dua rekening saya (BRIS dan BRI
Konvensional), tetap saja tidak ada perubahan jumlah saldo. Panik mulai
menyelimuti. Kali ini saya sudah hampir tidak bisa tenang. Saya mencoba
menelepon call-centre BRIS sekali
lagi sambil menahan-nahan luapan amarah yang siap meledak. Kali ini, operator
membuatkan saya nomor tiket pengaduan setelah sebelumnya harus menjawab
beberapa pertanyaan interogasi. Proses pembuatan nomor tiket pengaduan untuk
satu kegiatan transfer membutuhkan waktu kurang lebih 15-20 menit. Selama
proses menunggu, saya dilarang keras mematikan handphone. Alhasil, saya korban
pulsa 50rbu untuk sekali telepon. Karena waktu itu saya melakukan dua kali
proses transfer dan keduanya gagal, maka saya masih harus membuat satu nomor
tiket pengaduan lagi. Sayang di sayang, ditengah proses menunggu, telepon saya
terputus karena kehabisan pulsa. Lelah, sayapun memutuskan untuk menunggu
kurang lebih dua minggu seperti yang disarankan oleh operator.
Dua minggu
kemudian, Alhamdulillah uang saya kembali, tapi belum semua uang saya kembali.
Masih tersisa uang dari satu kali transfer yang belum kembali. Saya coba untuk
cek rekening BRI Konvensional saya, tetapi tidak ada perubahan saldo,
begitupula dengan rekening BRI Konvensional ibu saya. Saya tidak bisa berhenti
untuk harap-harap cemas. Seminggu kemudian, saldo juga masih tidak ada perubahan.
Saya masih
mencoba positif thingking sambil terus mencoba menelepon call-centre BRIS. Tapi malah kecewa yang saya dapatkan karena
lagi-lagi harus terputus karena kehabisan pulsa. Padahal, pulsa baru saja saya
isi sekian ratus ribu. Saya pun mencoba jalan lain. Saya mencoba mengadu lewat
website, FB bahkan Instagram official milik BRIS. Alhamdulillah, seminggu
kemudian ada kabar bahwa uang yang saya transfer sudah masuk di rekening BRI
Konvensional milik ibu saya.
Genap sebulan sudah saya menunggu. Di sini saya
menyimpulkan bahwa dalam kasus gagal transer seperti ini, Anda harus menunggu maksimal
dua minggu untuk tiap kali proses transfer. Jadi kalau Anda melakukan transfer
dua kali, Anda akan menunggu selama 4 minggu. Percayalah uang Anda tidak akan
hilang, namun Anda memang butuh kesabaran ekstra. Salam, mbak-kopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .