Saat sedang mengandung
saya, ibu memiliki kebiasaan berolahraga pagi. Olahraga beliau bukan senam
hamil macam ibu hamil muda jaman sekarang, bukan pula olahraga yang berat ala
binaragawan. Beliau hanya
merutinkan jalan santai sambil bertelanjang kaki dengan rute keliling rumah milik kakek-nenek plus halamannya sekitar tiga sampai lima kali. Rumah milik kakek-nenek saya berukuran 16m x 8m. Halaman depan dan halaman belakang, masing-masing memiliki ukuran yang sama besar dan luasnya. Jadi, walaupun hanya jalan santai, olahraga tersebut sudah cukup membuat ibu saya berkeringat.
merutinkan jalan santai sambil bertelanjang kaki dengan rute keliling rumah milik kakek-nenek plus halamannya sekitar tiga sampai lima kali. Rumah milik kakek-nenek saya berukuran 16m x 8m. Halaman depan dan halaman belakang, masing-masing memiliki ukuran yang sama besar dan luasnya. Jadi, walaupun hanya jalan santai, olahraga tersebut sudah cukup membuat ibu saya berkeringat.
Satu pagi, ibu sudah
siap untuk melakukan olahraga seperti biasa. Ditengah-tengah kegiatan, beliau mendadak merasa mulas hebat
dan merasa tak sanggup melanjutkan jalan sehatnya. Salah satu kakak laki-laki
ibu yang mengetahui hal ini segera menolong ibu untuk kembali beristirahat di
kamar. Semakin sore, ibu mulai mengeluarkan air ketuban. Nenekpun segera
meminta tolong pada tetangga–yang sudah dianggap seperti anak sendiri–untuk
memanggil seorang bidan. Sayang, di tengah perjalanan ada sedikit kecelakaan
yang menyebabkan si bidan terjatuh. Merasa dirugikan, si bidan tidak mau
melanjutkan perjalanan untuk menolong ibu saya. Beliau malah minta diantarkan
pulang. Akhirnya, dalam proses kelahiran ibu, beliau hanya ditolong oleh
seorang dukun bayi. Menurut ibu saya, proses kelahiran saya sangat cepat dan
mudah. Hal tersebut mungkin dikarenakan ibu saya yang rutin jalan santai saat
sedang hamil.
Malam itu, tanggal 4
Mei 1991, sayapun lahir dan masuk ke dunia lain. Saya meninggalkan alam dalam
kandungan dan memasuki alam baru yang disebut alam nyata. Alam nyata yang
sebenarnya penuh dengan kefana-an. Alam yang suatu saat akan saya tinggalkan
jua. Anehnya, saat saya lahir, saya tidak langsung menangis. Saya hanya terdiam
seperti bayi yang mati. Kata ibu, Si dukun bayi sampai harus memercikkan air
beberapa kali pada wajah saya agar saya menangis. Menurut ibu, kalau saya tidak
menangis waktu itu, mungkin saya meninggal atau mungkin saya terlahir menjadi
seorang bisu dan tuli. Alhamdulillah, banyak syukur pada Allah S.W.T. kini saya
telah tumbuh menjadi seorang yang normal.
Saat saya sudah dewasa, saya tidak sempat diperkenalkan dengan dukun bayi yang menolong ibu saya, tapi, saya masih sempat diperkenalkan dengan orang yang pertama kali memandikan saya saat lahir. beliau adalah Nyai Ros. Dari raut mukanya, bisa saya tebak kalau semasa muda, Beliau adalah orang yang cantik. Terakhir kali saya bertemu dengan beliau, Beliau sudah semakin tua dan renta, tapi senyumnya masih manis. Kini beliau telah berpulang ke Rahmatullah. [choluck ©]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .