Rabu, 06 Mei 2015

Masuk Dunia Lain

Saat sedang mengandung saya, ibu memiliki kebiasaan berolahraga pagi. Olahraga beliau bukan senam hamil macam ibu hamil muda jaman sekarang, bukan pula olahraga yang berat ala binaragawan. Beliau hanya
merutinkan jalan santai sambil bertelanjang kaki dengan rute keliling rumah milik kakek-nenek plus halamannya sekitar tiga sampai lima kali. Rumah milik kakek-nenek saya berukuran 16m x 8m. Halaman depan dan halaman belakang, masing-masing memiliki ukuran yang sama besar dan luasnya. Jadi, walaupun hanya jalan santai, olahraga tersebut sudah cukup membuat ibu saya berkeringat.
Satu pagi, ibu sudah siap untuk melakukan olahraga seperti biasa. Ditengah-tengah  kegiatan, beliau mendadak merasa mulas hebat dan merasa tak sanggup melanjutkan jalan sehatnya. Salah satu kakak laki-laki ibu yang mengetahui hal ini segera menolong ibu untuk kembali beristirahat di kamar. Semakin sore, ibu mulai mengeluarkan air ketuban. Nenekpun segera meminta tolong pada tetangga–yang sudah dianggap seperti anak sendiri–untuk memanggil seorang bidan. Sayang, di tengah perjalanan ada sedikit kecelakaan yang menyebabkan si bidan terjatuh. Merasa dirugikan, si bidan tidak mau melanjutkan perjalanan untuk menolong ibu saya. Beliau malah minta diantarkan pulang. Akhirnya, dalam proses kelahiran ibu, beliau hanya ditolong oleh seorang dukun bayi. Menurut ibu saya, proses kelahiran saya sangat cepat dan mudah. Hal tersebut mungkin dikarenakan ibu saya yang rutin jalan santai saat sedang hamil.
Malam itu, tanggal 4 Mei 1991, sayapun lahir dan masuk ke dunia lain. Saya meninggalkan alam dalam kandungan dan memasuki alam baru yang disebut alam nyata. Alam nyata yang sebenarnya penuh dengan kefana-an. Alam yang suatu saat akan saya tinggalkan jua. Anehnya, saat saya lahir, saya tidak langsung menangis. Saya hanya terdiam seperti bayi yang mati. Kata ibu, Si dukun bayi sampai harus memercikkan air beberapa kali pada wajah saya agar saya menangis. Menurut ibu, kalau saya tidak menangis waktu itu, mungkin saya meninggal atau mungkin saya terlahir menjadi seorang bisu dan tuli. Alhamdulillah, banyak syukur pada Allah S.W.T. kini saya telah tumbuh menjadi seorang yang normal.
Saat saya sudah dewasa, saya tidak sempat diperkenalkan dengan dukun bayi yang menolong ibu saya, tapi, saya masih sempat diperkenalkan dengan orang yang pertama kali memandikan saya saat lahir. beliau adalah Nyai Ros. Dari raut mukanya, bisa saya tebak kalau semasa muda, Beliau adalah orang yang cantik. Terakhir kali saya bertemu dengan beliau, Beliau sudah semakin tua dan renta, tapi senyumnya masih manis. Kini beliau telah berpulang ke Rahmatullah. [choluck ©]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .