Rabu, 06 Mei 2015

Si Bayi atau Si Ibu?

Seorang anak sepertinya memang cuma bisa menyushkan orang tuanya terutama ibu. Bahkan, seorang anak kerap menyusahkan ibu sejak masih ada di dalam kandungan. Saya termasuk salah satu yang menyusahkan ibu sejak dalam kandungan. Entah saya yang memang
menyusahkan atau mungkin perubahan hormon dalam tubuh ibu saya lah menyebabkan perubahan perilaku pada ibu saya.
Perubahan pada ibu hamil bermacam – macam.  Ada yang berubah dalam hal perilaku, penampilan bahkan mood. Menurut pengakuan ibu saya, beliau sulit makanan saat tengah mengandung saya. Makan nasi, mual, hanya mencium bau nasi, mual. Hal tersebut berlangsung tidak hanya pada trimester pertama, tapi juga berlanjut sampai genap sembilan bulan sepuluh hari. Sindrom ibu hamil mual-mual itupun membuat ibu saya kerap merasa lelah dan terkadang lemas. Selain susah makan, saat hamil, ibu saya menjadi seseorang yang sangat pemilih untuk urusan makan. Ibu saya hanya bisa menelan makanan yang sedap dan enak. Di tengah-tengah sindrom mual yang tengah diderita ibu saat sedang mengandung saya, ternyata ibu saya tidak akan mual kalau makan di satu depot di Sidoarjo. Menurut ibu saya, masakan di depot  tersebut memang enak walaupun sedikit mahal. Ada perubahan yang lebih drastis yang dirasakan ibu. ibu saya yang awalnya tidak suka durian mendadak doyan durian bahkan hingga hari ini.
Benarkah semua perubahan yang terjadi pada ibu hamil dikarenakan keinginan si jabang bayi? Saya pun mencoba mencari kesimpulan sendiri sebagai berikut. Saat sedang mengandung saya, ibu saya menjadi seorang pemilih makanan dan hanya ingin makan makanan enak. Saya rasa, saya adalah seorang pemilih dalam urusan makan. Saya hanya bisa makan makanan berkuah. Kalaupun tanpa kuah, saya membutuhkan kecap agar nasi yang saya makan terasa tidak terlalu seret saat ditelan. Sayapun menjadi ahli merasai makanan. Ibu saya sering sekali menanyakan rasa masakannya pada saya, sudah sedap atau belum. Tampaknya, teori keinginan jabang bayi sedikit masuk akal dalam kasus ini. Ada hal lain yang menguatkan teori ngasal tersebut. Saat sedang mengandung adik saya, Afif, ibu saya ngidam kulkas. Sekarang, adik saya menjadi orang yang sangat suka dengan hawa dingin. Walaupun sedang hujan, adik saya masih bisa betah tidur di lantai ditemani kipas angin kecepatan paling tinggi tanpa memakai kaos dan tanpa memakai satu alaspun.
Di lain hal, ada fakta lain yang membuat saya menyangkal teori tersebut. Saat hamil, ibu saya doyan sekali dengan durian. Kini, saya sama sekali tidak doyan dengan durian. Jangankan memakannya, mencium baunya saja saya tidak tahan. Saat sedang mengandung Afif, ibu saya tidak bisa memakan martabak telor bahkan hanya untuk mencium baunya. Kini, adik saya, Afif, doyan sekali dengan martabak telor.
Akhirnya saya binguung, sebenarnya perubahan yang terjadi pada ibu hamil yang kerap disebut "sindrom" ngidam itu memang keinginan jabang bayi atau hanya karena pengaruh hormon. Lain kali, kalau saya sudah tau jawabannya pasti saya share. Jadi, sekian dulu. [choluck ©]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .