Jumat, 13 Februari 2015

SATU SENYUMAN


Waktu itu saya sudah kelar skripsi dan saya masih harus mengejar dosen kesana – kemari ala film india. Waktu itu saya bukan pengen minta bimbingan skripsi atau revisi, tetapi saya cuma mau minta tanda tangan buat melengkapi persyaratan administrasi wisuda. Saya jadi sedikit bingung. Waktu itu yang lagi saya kejar dosen atau artis sih? Beeeehhhhhh ketemunya susah banget. Kalau ada seseorang berprofesi sebagai dosen lagi mampir di blog saya, sedang baca tulisan ini, saya punya saran untuk Anda. Kalau sudah jadi dosen, tolong jangan
nambah kepingin jadi artis yah Pak, Bu. Anda jadi dosen saja susah ditemuin. Apalagi kalau Anda jadi artis. Nggak ngebayangin deh Pak, Bu. Saya nyerah aja jadi mahasiswi J. Selain tanda tangan, ada juga syarat lain seperti foto dan legalisir transkrip nilai yang harus segera dikumpulkan. Bicara soal legalisir transkrip nilai, pastilah saya harus ke BAAK Universitas untuk mengurusnya. Haduh, BAAK Universitas! BAAK adalah tempat yang paling tidak ingin saya kunjungi di universitas. Serasa banyak hawa suram di sana.

Sesampainya di BAAK, saya dan teman saya menuju meja petugas yang khusus melayani Fakultas Bahasa dan Seni. Pihak BAAK telah menyiapkan petugas untuk setiap fakultas. Jadi, kalau saya butuh mengurus sesuatu di BAAK, saya hanya tinggal menuju meja petugas yang melayani fakultas saya. Tak lama kemudian, seorang petugas wanita yang cantik, berambut panjang, agak ikal dan hitam menghampiri kami berdua. Petugas tersebut ber-blouse bunga – bunga dan bercelana hitam. Tapi, saya tidak sempat meresapi kecantikan petugas tersebut karena sibuk ber-negative thinking setelah melihat ekspresi muka petugas tersebut. Dengan wajah masam dan muka cemberut, petugas wanita yang terlihat tinggi karena sepatu ber-hak itu menghampiri saya dan teman saya. Kami pun memberikan lembar transkrip nilai kami. Lembar transkrip nilai temanku segera diberi cap stempel. Setelah itu, beliau mengambil lembar transkrip nilai saya yang berukuran A4. Dia terdiam sejenak dan kemudian mencela saya.
Lha nek koyok ngene aku nyetempel nang ndi?”.
(“Lha kalau begini aku nyetempel dimana?”)
Karena saya tidak tahu aturan menyetempel, saya katakan saja bahwa beliau boleh memberikan setempel di belakang.
“Mana boleh disetempel di belakang? Mau distempel di mana? Di depan? Di sini? di sini? Yah gak kelihatan toh nilaimu.” Beliau menimpali kata – kata saya dengan geram sambil mengibas – ngibaskan transkrip nilai saya dan membuat kertasnya kusut.

Hal serupa juga pernah saya temui saat menyambangi salah satu instansi di Sidoarjo. Petugas di instansi tersebut memang masih terlihat cantik dan berkulit kencang walau usianya sudah tidak muda lagi. Rambut beliau terlihat masih hitam legam. Sepertinya beliau rajin perawatan dan mengecat rambutnya. Lagi-lagi, saya juga tidak sempat meresapi kecantikan petugas tersebut saat saya lihat beliau melayani seseorang dengan raut muka judes dan masam serta nada bicara yang jutek.

Seindah apapun paras seseorang, tanpa senyuman di wajah, yang terlihat hanyalah aura suram. Jangankan manusia, smartphone jaman sekarang saja maunya nyari wajah yang tersenyum (smartphone dengan smile detector :P ). Saya heran dengan orang – orang yang susah senyum. Kenapa orang-orang ini tidak bisa senyum? Semahal apakah senyuman itu? bahkan kita tidak harus membeli senyum dari toko kan? kita juga tidak membutuhkan banyak energi hanya untuk tersenyum. Cukup tersenyum, bukan tertawa. Ditangan orang – orang pelit senyuman, keramahan menjadi sesuatu yang mahal. Kenapa mereka tidak juga tersenyum? Mungkinkah karena terlalu stress harus mendapatakan tekanan di tempat kerja dan di luar tempat kerja setiap hari? Justru tekanan semacam itu adalah satu alasan bahwa mereka harus tersenyum.

Banyak sekali manfaat yang bisa diambil dengan tersenyum. Cobalah untuk tersenyum karena satu senyuman dapat membuat badan menjadi rileks sehingga mengurangi stress. Selain itu, senyuman seseorang dapat menyalurkan energi positif pada orang lain hingga membuat orang yang melihatnya menjadi ikut senang. Pantas saja kalau Rasulullah mengatakan senyum itu ibadah karena ternyata dengan senyum seseorang telah membuat orang lain bahagia dan membuat orang bahagia adalah ibadah. (choluck©)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .