Waktu itu saya sudah kelar skripsi dan saya
masih harus mengejar dosen kesana – kemari ala film india. Waktu
itu saya bukan pengen minta bimbingan skripsi atau revisi, tetapi saya cuma mau
minta tanda tangan buat melengkapi persyaratan administrasi wisuda. Saya jadi
sedikit bingung. Waktu itu yang lagi saya kejar dosen atau artis sih? Beeeehhhhhh
ketemunya susah banget. Kalau ada seseorang berprofesi sebagai dosen lagi
mampir di blog saya, sedang baca tulisan ini, saya punya saran untuk Anda.
Kalau sudah jadi dosen, tolong jangan
nambah kepingin jadi artis yah Pak, Bu. Anda jadi dosen saja susah ditemuin. Apalagi kalau Anda jadi artis. Nggak ngebayangin deh Pak, Bu. Saya nyerah aja jadi mahasiswi J. Selain tanda tangan, ada juga syarat lain seperti foto dan legalisir transkrip nilai yang harus segera dikumpulkan. Bicara soal legalisir transkrip nilai, pastilah saya harus ke BAAK Universitas untuk mengurusnya. Haduh, BAAK Universitas! BAAK adalah tempat yang paling tidak ingin saya kunjungi di universitas. Serasa banyak hawa suram di sana.
nambah kepingin jadi artis yah Pak, Bu. Anda jadi dosen saja susah ditemuin. Apalagi kalau Anda jadi artis. Nggak ngebayangin deh Pak, Bu. Saya nyerah aja jadi mahasiswi J. Selain tanda tangan, ada juga syarat lain seperti foto dan legalisir transkrip nilai yang harus segera dikumpulkan. Bicara soal legalisir transkrip nilai, pastilah saya harus ke BAAK Universitas untuk mengurusnya. Haduh, BAAK Universitas! BAAK adalah tempat yang paling tidak ingin saya kunjungi di universitas. Serasa banyak hawa suram di sana.
Sesampainya di BAAK, saya dan teman saya menuju meja petugas
yang khusus melayani Fakultas Bahasa dan Seni. Pihak BAAK telah menyiapkan
petugas untuk setiap fakultas. Jadi, kalau saya butuh mengurus sesuatu di BAAK,
saya hanya tinggal menuju meja petugas yang melayani fakultas saya. Tak lama
kemudian, seorang petugas wanita yang cantik, berambut panjang, agak ikal dan hitam menghampiri kami berdua. Petugas tersebut ber-blouse bunga
– bunga dan bercelana hitam. Tapi, saya
tidak sempat meresapi kecantikan petugas tersebut karena sibuk ber-negative thinking setelah melihat
ekspresi muka petugas tersebut. Dengan wajah masam dan muka cemberut, petugas
wanita yang terlihat tinggi karena sepatu ber-hak itu menghampiri saya dan teman saya. Kami pun memberikan lembar
transkrip nilai kami. Lembar transkrip nilai temanku segera diberi cap stempel.
Setelah itu, beliau mengambil lembar transkrip nilai saya yang berukuran A4. Dia terdiam sejenak dan kemudian mencela saya.
“Lha nek koyok ngene aku
nyetempel nang ndi?”.
(“Lha kalau begini aku nyetempel dimana?”)
Karena
saya tidak tahu aturan menyetempel, saya katakan saja bahwa beliau boleh memberikan
setempel di belakang.
“Mana boleh disetempel di belakang? Mau distempel di mana? Di
depan? Di sini? di sini? Yah gak kelihatan toh nilaimu.” Beliau menimpali kata
– kata saya dengan geram sambil mengibas – ngibaskan transkrip nilai saya dan
membuat kertasnya kusut.
Hal serupa juga pernah saya temui saat menyambangi salah satu
instansi di Sidoarjo. Petugas di instansi tersebut memang masih terlihat cantik
dan berkulit kencang walau usianya sudah tidak muda lagi. Rambut beliau
terlihat masih hitam legam. Sepertinya beliau rajin perawatan dan mengecat rambutnya. Lagi-lagi, saya
juga tidak sempat meresapi kecantikan petugas tersebut saat saya lihat beliau
melayani seseorang dengan raut muka judes dan masam serta nada bicara yang
jutek.
Seindah apapun paras seseorang, tanpa
senyuman di wajah, yang terlihat hanyalah aura suram. Jangankan
manusia, smartphone jaman sekarang saja maunya nyari wajah yang tersenyum
(smartphone dengan smile detector :P
). Saya heran
dengan orang – orang yang susah
senyum. Kenapa
orang-orang ini tidak bisa senyum? Semahal
apakah senyuman itu? bahkan kita tidak harus membeli senyum dari toko kan? kita juga tidak membutuhkan banyak energi
hanya untuk tersenyum. Cukup tersenyum, bukan tertawa. Ditangan orang – orang pelit senyuman,
keramahan menjadi sesuatu yang mahal. Kenapa
mereka tidak juga tersenyum? Mungkinkah karena terlalu stress harus mendapatakan
tekanan di tempat kerja dan di luar tempat kerja setiap hari? Justru tekanan semacam
itu adalah satu alasan bahwa mereka harus tersenyum.
Banyak sekali manfaat yang bisa diambil
dengan tersenyum. Cobalah untuk tersenyum karena satu senyuman dapat membuat
badan menjadi rileks sehingga mengurangi stress. Selain itu, senyuman seseorang
dapat menyalurkan energi positif pada orang lain hingga membuat orang yang
melihatnya menjadi ikut senang. Pantas
saja kalau Rasulullah
mengatakan senyum itu ibadah karena ternyata dengan senyum seseorang
telah membuat orang lain bahagia dan membuat orang bahagia adalah ibadah. (choluck©)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tuliskan komentar Anda di sini. . .